Pengalaman ini sulit sekali saya lupakan. Sebagai seorang tenaga salesman pada perusahaan pelayaran di Surabaya, sudah menjadi kewajiban saya melakukan sales call ke perusahaan-perusahaan pelanggan kami. Salah satu pelanggan kami adalah pabrik tekstil di wilayan Pasuruan. Salah satu pegawai bagian import adalah katakanlan namanya Putu, karena dia orang Bali.
Pada kunjungan kedua, Pak Putu ini melihat saya melirik seorang wanita eksekutif paruh baya berjas putih dan menggunakan rok yang juga putih yang kebetulan lewat di samping kami menuju kompartemen kacanya. Pak Putu bersama dengan beberapa orang lain berada di ruangan datar yang tidak bersekat, hanya bosnya tersebut dan berada di dalam sekat kaca. Kulitnya wanita itu putih dan mulus, dan maafkanlah saya kawan, ibu ini kok seksi sekali. Sebagai bujangan, saya sungguh-sungguh tidak bisa menahan mata untuk tidak memperhatikannya. Menyadari hal itu Pak Putu menyampaikan ke saya bahwa itu bosnya, wanita karier yg cantik. Dengan agak takut-takut dia membisik ke saya bahwa bosnya itu 'mooi', montok, dan bagian dada bajunya sering sengaja tidak dikancing, lanjutnya. Saya lalu bersemangat menambahi bahwa betisnya mulus, dan pinggulnya mengundang selera seksual. Pak Putu lebih bersemangat lagi menambahkan bahwa dia setiap hari kerepotan menahan gejolak purbanya terhadap bosnya itu. Sambil tersenyum hormat, dia melihat ke dalam sekat kaca tempat bosnya sedang asyik menghadapi komputer.
Keesokan harinya dan hari2 selanjutnya, Pak Putu menelefon saya ke kantor melanjutkan pembicaraan tentang betapa seksinya bosnya itu, bahwa dia kadang2 sering ke kamar kecil sekedar untuk menyembunyikan kegairahan kepada bosnya, bahwa dia setiap saat pusing membayangkan tidur bersama dengan bosnya. Dan, astagfirullaaahhh mengalirlah juga komentar saya tentang bosnya itu, bahwa saya lebih tertarik ke bokongnya, ke dadanya, dan ke betisnya, dll pembicaraan umum antara pria-pria tentang wanita seksi. Yaa, bosnya itu memang sungguh-sungguh sangat seksi. Dan jelas sekali bosnya cantik, betisnya mulus, singkat kata, dari seratus pria yang melihatnya, saya berani bertaruh 96 di antaranya akan bersepakat dengan penilaian saya.
Selang beberapa minggu dalam pembicaraan yang demikian itu, Pak Putu kemudian mengundang saya ke rumahnya di wilayah Darmo untuk menghadiri ulang tahun anaknya yang ke 17 yg katanya pulang dari New York hanya untuk merayakan ulang tahunnya bersama keluarga. Karena saya sudah dekat dengan Pak Putu, maka saya termasuk yang diundang hadir. Dan ketika waktunya sampai, saya datanglah ke sana.
Baru saja saya masuk ruangan tamu, ada dua gadis di ruang tamu bergelayut ke Pak Putu, yakinlah saya bahwa mereka ini adalah anak2 Pak Putu. Yang satunya hitam manis, yang satunya agak putih. Saya agak heran karena di rumah itu tidak ada keramaian. Mengetahui hal itu Pak Putu mengatakan ini kan acara keluarga, hanya keluarga dan teman2 dekat yang diundang. Karena pembicaraan sudah mulai ke arah visualisasi bosnya lagi, maka Pak Putu menyuruh anaknya masuk saja. Maka kembali lagilah pembicaraan setengah berbisik tentang bosnya itu. Dan kali ini lebih hot karena dilakukan di rumahnya. Alhamdulillah, meskipun saya menambahi juga, tetapi kali ini saya tidak banyak menambahi sebagaimana pembicaraan melalui telefon, karena masih sungkan berbicara di rumah yang baru saya datangi.
Ketika kira-kira waktu berlalu 10an menit, Pak Putu setengah berteriak memanggil istrinya : "Mami, bawa dong minuman ke sini, sekalian kenal sama temannya Papi". Beberapa saat kemudian datanglah seorang wanita dari ruang tengah yang agak remang ke ruang tamu membawa nampan berisi tiga gelas minuman. Setelah diperkenalkan, saya jabat tangan istrinya, dan jantung saya rasanya mau copot.... masya Allah, ternyata bosnya. Anda tahu betapa tidak enaknya kan ? Saya merasa Pak Putu benar2 membuat saya mati kutu, mati gaya, untung tidak mati ketakutan di situ ha...ha.... Rasain !!!
penulis: Andi Ahkam, e-mail : pt.maymax@yahoo.com
Pada kunjungan kedua, Pak Putu ini melihat saya melirik seorang wanita eksekutif paruh baya berjas putih dan menggunakan rok yang juga putih yang kebetulan lewat di samping kami menuju kompartemen kacanya. Pak Putu bersama dengan beberapa orang lain berada di ruangan datar yang tidak bersekat, hanya bosnya tersebut dan berada di dalam sekat kaca. Kulitnya wanita itu putih dan mulus, dan maafkanlah saya kawan, ibu ini kok seksi sekali. Sebagai bujangan, saya sungguh-sungguh tidak bisa menahan mata untuk tidak memperhatikannya. Menyadari hal itu Pak Putu menyampaikan ke saya bahwa itu bosnya, wanita karier yg cantik. Dengan agak takut-takut dia membisik ke saya bahwa bosnya itu 'mooi', montok, dan bagian dada bajunya sering sengaja tidak dikancing, lanjutnya. Saya lalu bersemangat menambahi bahwa betisnya mulus, dan pinggulnya mengundang selera seksual. Pak Putu lebih bersemangat lagi menambahkan bahwa dia setiap hari kerepotan menahan gejolak purbanya terhadap bosnya itu. Sambil tersenyum hormat, dia melihat ke dalam sekat kaca tempat bosnya sedang asyik menghadapi komputer.
Keesokan harinya dan hari2 selanjutnya, Pak Putu menelefon saya ke kantor melanjutkan pembicaraan tentang betapa seksinya bosnya itu, bahwa dia kadang2 sering ke kamar kecil sekedar untuk menyembunyikan kegairahan kepada bosnya, bahwa dia setiap saat pusing membayangkan tidur bersama dengan bosnya. Dan, astagfirullaaahhh mengalirlah juga komentar saya tentang bosnya itu, bahwa saya lebih tertarik ke bokongnya, ke dadanya, dan ke betisnya, dll pembicaraan umum antara pria-pria tentang wanita seksi. Yaa, bosnya itu memang sungguh-sungguh sangat seksi. Dan jelas sekali bosnya cantik, betisnya mulus, singkat kata, dari seratus pria yang melihatnya, saya berani bertaruh 96 di antaranya akan bersepakat dengan penilaian saya.
Selang beberapa minggu dalam pembicaraan yang demikian itu, Pak Putu kemudian mengundang saya ke rumahnya di wilayah Darmo untuk menghadiri ulang tahun anaknya yang ke 17 yg katanya pulang dari New York hanya untuk merayakan ulang tahunnya bersama keluarga. Karena saya sudah dekat dengan Pak Putu, maka saya termasuk yang diundang hadir. Dan ketika waktunya sampai, saya datanglah ke sana.
Baru saja saya masuk ruangan tamu, ada dua gadis di ruang tamu bergelayut ke Pak Putu, yakinlah saya bahwa mereka ini adalah anak2 Pak Putu. Yang satunya hitam manis, yang satunya agak putih. Saya agak heran karena di rumah itu tidak ada keramaian. Mengetahui hal itu Pak Putu mengatakan ini kan acara keluarga, hanya keluarga dan teman2 dekat yang diundang. Karena pembicaraan sudah mulai ke arah visualisasi bosnya lagi, maka Pak Putu menyuruh anaknya masuk saja. Maka kembali lagilah pembicaraan setengah berbisik tentang bosnya itu. Dan kali ini lebih hot karena dilakukan di rumahnya. Alhamdulillah, meskipun saya menambahi juga, tetapi kali ini saya tidak banyak menambahi sebagaimana pembicaraan melalui telefon, karena masih sungkan berbicara di rumah yang baru saya datangi.
Ketika kira-kira waktu berlalu 10an menit, Pak Putu setengah berteriak memanggil istrinya : "Mami, bawa dong minuman ke sini, sekalian kenal sama temannya Papi". Beberapa saat kemudian datanglah seorang wanita dari ruang tengah yang agak remang ke ruang tamu membawa nampan berisi tiga gelas minuman. Setelah diperkenalkan, saya jabat tangan istrinya, dan jantung saya rasanya mau copot.... masya Allah, ternyata bosnya. Anda tahu betapa tidak enaknya kan ? Saya merasa Pak Putu benar2 membuat saya mati kutu, mati gaya, untung tidak mati ketakutan di situ ha...ha.... Rasain !!!
penulis: Andi Ahkam, e-mail : pt.maymax@yahoo.com
Komentar